Senin, 21 Mei 2012

LAPORAN HYGEINE LINGKUNGAN KERJA (CUACA KERJA)



LAPORAN
HYGEINE LINGKUNGAN KERJA

“Kuliah Lapangan Di Coca Cola Amatil Indonesia Dan PT Sinar Sosro”








Disusun Oleh :
Desy Mutiara S Putri              (020110a009)
Hujjah Naniyah                       (020110a013)
Nurul Hasanah                        (020110a033)
Sri Rahayu                              (020110a046)



PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2012






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan  kerja atau K3 merupakan  hal yang  tidak terpisahkan dalam system ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan social dan kesejahteraanpara pekerjanya, tapi juga berdampak positif  atas keberlanjutan produktivitas  kerjanya.Kendatipun  era manajemen K3 telah dimulai dan diterapkan sejak tahun 1950-an,kecelakaan dan penyakit akibat  kerja masih  menjadi permasalahan besar sampai saat  ini.
Di Indonesia sendiri, permasalahan kesehatan dan  keselamatan  kerja masih terlihat mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300  ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar (DK3N, 2007).Dari fakta tersebut  memperlihatkan masih  rendahnya  kualitas K3 dalam  implementasinya di lapangan. Dengan demikian, diperlukan sebuah  langkah  prioritas dalam penuntasan  permasalahan dari sektor  yang  paling bermasalah.
Di dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan beban tambahan dan dapat  menimbulkan gangguan bagi tenaga kerja. Faktor  tersebut antaralain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologis, faktormental psikologis. Tekanan panas merupakan salah satu faktor fisik yang dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan  gangguan, oleh  karena itu iklim kerja atau cuaca kerja harus dibuat senyaman mungkin dengan mengatur dan mengendalikan suhu suhu udara, udara dan kecepatan udara untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi tekanan panas.
Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan ciri utamanyaadalah suhu dan kelembaban yang tinggi. Dalam Industri atau perusahaan keadaan yangmenunjukkan suatu suhu dan kelembaban lingkungan biasa disebut dengan iklim kerja.Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran pentingdalam proses produksi dan tidak boleh kita menganggap remeh tentang iklim kerja.Pekerjaan dengan suhu tinggi memerlukan  penerapan  teknologi dan pengaturan  iklim kerja yang baik dalam proses  produksi maupun proses distribusinya. Dengan lingkungan kerja yang nyaman  maka semangat kerja akan meningkat, dan produktivitasmeningkat.
Di industri atau perusahaan di indonesia sekarang ini banyak yang belum sadartentang iklim kerja. Kondisi seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian, karenaiklim kerja yang baik akan mempengaruhi kenyamanan dan produktivitas, misalnyaiklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja, karena dengan panas yangdidukung dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung maka pekerja akan cepatkehilangan energy (daya tahan tubuh) dan akan  berimbas pada semangat bekerja. Panasmerupakan sumber penting dalam proses produksi maka tidak menutup kemungkinanpekerja dapat terpapar langsung. Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lamamaka pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatansehingga berpengaruh terhadap produktivtas dan efisiensi kerja. dan juga harusmemperhatikan Nilai Ambang Batas (NAB) yang mempengaruhi ketahanan tubuh.

Pada saat seseorang bekerja di lingkungan suhu ekstrim panas maka suhu intitubuhnya akan mulai naik dan keringat diproduksi oleh tubuh dengan tujuan untuk melepaskan panas berlebih di tubuh melalui proses penguapan keringat. Jika cairantubuh yang keluar dari tubuh yang berupa keringat tersebut tidak digantikan maka tubuhtidak akan mampu memproduksi keringat kembali menyebabkan temperatur inti tubuhakan terus meningkat yang kemudian akan menyebabkan timbulnya masalah yangserius (OSH Departement of Labor Wellington New Zealand,1997). Hampir seluruhorgan tubuh dapat bekerja secara maksimal pada temperatur  yang  relatif  konstan sekitar 37 0 C. Temperatur tubuh diluar  temperatur normal, baik akibat kondisi lingkunganmaupun aktivitas fisik dapat menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan tubuh (King,2004).Penelitian yang dilakukan oleh Andrey Livchak yang berjudul “The Effect of  Supply Air Systems on Kitchen Thermal Environment” diperoleh hasil bahwa faktor suhu berpengaruh terhadap produktivitas. Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5 o C diatas tingkatan nyaman akan menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Penelitian lain oleh Ora Ola Lina Manurung yang berjudul “Identifikasi Bahaya Paparan Panas Pada Pekerja Di Lingkungan Kerja Industri Strategis PT X” diperoleh hasil bahwa kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36%dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%. Penelitian Borghi pada pekerja pabrik gelasyang terpapar panas dengan suhu 29-31o C WBGT di lingkungan kerja selama lebihdari 5 tahun menemukan batu asam urat di saluran kemih pada sekitar 38,8% pekerjayang mengeluh pegal atau nyeri di daerah pinggang dan/atau rasa panas atau sakit saatbuang air kecil. Batu asam urat di saluran kemih akan menimbulkan beberapa masalah;selain rasa nyeri, bila berlangsung lama serta tidak ditangani secara seksama, dapatmenjadi salah satu faktor penyebab gangguan fungsi ginjal. Akibatnya selain merugikanpekerja, juga perusahaan secara keseluruhan; produktivitas kerja akan menurun, danbiaya kesehatan pekerja akan meningkat.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah yaitu:
1.    Bagaimanakah gambaran iklim kerja lingkungan industri pada  Coca Cola Amatil Indonesia dan PT Sinar Sosro?
2.      Masalah iklim kerja apakah yang terdapat pada Coca Cola Amatil Indonesia dan PT Sinar Sosro?
3.   Apakah pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi masalah yangberkaitan dengan iklim kerja Coca Cola Amatil Indonesia dan PT Sinar Sosro?

C.    Tujuan
1.      Tujuan UmumDidapatkannya gambaran bahaya paparan panas di tempat kerja padabagian produksi.

2.      Tujuan Khusus
a.      Didapatkannya informasi tentang gambaran area kerja Pabrik produksi air  minum.
b.      Didapatkannya informasi tentang sumber panas pada Pabrik  produksi air minum.
c.     Didapatkannya informasi tentang pelaksanaan pengukuran panas ditempat kerja pada produksi air minum.
d.      Diketahuinya dampak paparan panas bagian produksi air minum.
e.   Diketahuinya tindakan pengendalian terhadap terjadinya paparan panasyang sudah dilakukan pada bagian produksi.






BAB II
PENGAMATAN PRODUKSI

A.    Lokasi / Unit kerja
PT Sinar Sosro dan Coca Cola Amatil Indonesia
Alamat                  : Jl Raya Ungaran-Solo
Kecamatan           : Bergas
Kabupaten            : Semarang

Karakteristik bangunan tempat kerja :
Industri pengolahan minuman  (kantor, tempat produksi, tempat penyimpanan / gudang, tempat pengolahan limbah padat dan cair ). Dari tempat tersebut merupakan tempat yang tertutup.

B.     Kelompok Pekerja
Di PT Sinar Sosro jumlah pekerja mencapai kurang lebih 900 orang, sedangkan di Coca Cola Amatil Indonesia jumlah pekerja mencapai kurang lebih orang.

C.    Keselamatan Kerja
Perusahaan memberikan APD berupa: Masker, sepatu boot, sarung tangan, kacamata, ear pluge. Namun sebagian dari tenaga kerja ada yang tidak menggunakan APD tersebut karena mereka beranggapan jika APD tersebut digunakan justru akan mengganggu proses produksi yang berjalan dan pekerja merasa tidak nyaman ketika memakai APD. (Contoh : Masker membuat para tenaga kerja merasa kesulitan untuk bernafas, bahan yang digunakan untuk membuat Ear pluge tersebut tidak nyaman digunakan pada telinga karena terlalu keras).

D.    Gizi Kerja
Perusahaan menyediakan makanan dan minuman bagi tenaga kerja untuk perbaikan status gizi para pekerja.

E.     Identifikasi Kebisingan
1.   Intensitas Panas            : -
2.   Frekuensi Panas             : -
3.   Lama paparan                : 8 jam

F.     Jenis Potensi Bahaya
Potensi terjadinya kecelakaan akibat kerja karena tenaga kerja tidak memakai APD, gangguan pendengaran, kelelahan pada mata, miliaria.

G.    Pengontrolan Alat
Dilakukan pengontrolan alat secara rutin agar tidak terjadi kerusakan alat.

H.     Tahapan Proses Produksi
1.      Pengumpulan Botol kosong
2.      Pensortiran Botol yang tidak layak pakai (misal ada botol yang cacat)
3.      Pencucian dan sterilisasi Botol
4.      Pengisian, pensortiran isi Botol dan penutupan Botol
5.      Pemasukan Botol di dalam krat (cratter) dan kemudian di distribusikan
Proses produksi pada PT Sinar Sosro dan Coca Cola Amatil Indonesia setiap hari dimulai pada pukul 08.00 pagi sampai dengan 16.00 sore (shift pertama), jam 16.00 sore sampai dengan jam 24.00 malam (shift kedua), dan jam 24.00 sampai dengan jam 08.00 pagi (shift ketiga). Dan istirahat tenaga kerja pada shift pertama pukul 12.00-13.00, pada shift kedua pukul  20.00-21.00 dan pada shift ketiga puku l04.00-0500.






BAB III
PERMASALAHAN

Masalah kesehatan yang dialami pekerja pada bagian produksi pada Coca Cola Amatil Indonesia adalah panas pada mesin pencucian botol dan juga di dukung oleh ruangan yang panas karena fentilasi udara yang kurang. Jarak yang dekat dengan sumber panas seperti pada mesin pencucian, menyebabkan tenaga kerja memiliki kemungkinan untuk kontak dengan sumber panas.

Sedangkan pada PT Sinar Sosro tingkat kepanasan pada ruang produksi mencapai 40°C dan sumber panasnya juga sama  halnya  pada CCAI.  Hal  ini  menyebabkan  pasien  terkena ruam akibat panas.







BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Iklim Kerja
1.      Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil panduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjanya (Manaker, 1999).

Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembabab udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan 2007). Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syaratyang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakiba tmenurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 24oC sampai 26oC dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5oC. Batas kecepatan angin secara kasar yaiyu 0,25 sampai 0,5 m/dtk  (Subaris,2007).

2.      Macam Iklim Kerja
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri telah menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin.
a.    Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (Budiono, 2008).
Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil sampng dari metebolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan  ke lingkungan sekitar.  Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Suma’mur 1996), yaitu :
1)      Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-bendasekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan  akan menambah  panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia.
2)      Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melaluikontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawaoleh udara sekitar tubuh.
3)      Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik denganpanjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari.
4)      Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepatmenguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran anginsehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadipenguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

Lingkungan kerja panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1)      Lingkungan panas lembab ditandai dengan temperatur bola kering yang tinggi disertai tekanan uap air yang tinggi.

2)      Lingkungan panas kering ditandai dengan temperatur bola keringmencapai 40oC disertai beban panas radiasi tinggi.Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja panas diantaranya :
a)      Proses produksi yang menggunakan panas, misalnya peleburan,pengeringan, pemanasan.
b)      Pekerjaan yang langsung terkena sinar matahari, misalnya pekerjaan jalanraya, bongkar muat, nelayan, petani.
c)      Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang.
Efek terhadap Kesehatan, efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudianpanas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling,berupa panas matahari atau panas ruangan.
Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akanberusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalammenyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan sepertikelelahan, ruam panas,heat cramps, heat exhaustion,dan heat stroke, yang dapatdijelaskan sebagai berikut :
a)      Ruam panas (prickly heat)
Dapat terjadi dilingkungan panas, lembab dimanakeringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini dapatmengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus menyebabkan rasa sakityang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi ini adalahberistirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.
b)      Kelelahan
Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar guladalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruhlingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat dingin,memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak minum.
c)      Heat cramps
Dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yangmenyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisamenyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan.Kondisi ini biasanya melebihidari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminumcairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and potassium.
d)     Heat exhaustion
Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanandarah menurun, denyut nadi lebih cepat.
e)      Heat stroke
Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehinggasuhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37).Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban dengan air ataumenyelimutinya dengan kain basah. Segera mencari pertolongan medis.
Tingkat kerja cenderung mengatur sendiri, yakni pekerja akan secara volunter menurunkan tingkat pekerjanaya bila dia merasakan panas berlebihan, kecuali pemadaman kebakaran dan pekerjaan penyelamatan, karena tekanan psikologi akan mengatasi kondisi normal.
Faktor luar seperti kadar kelembaban dan angin akan mempengaruhi tekanan pakaian terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai tekanan yang lebih rendah. Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung mengempiskan pakaian, mengurangi ketebalannya juga. Sementara pada pakaian yang teranyam terbuka, angin dapat mengilangkan lapisan udara hangat yang ada didalam. Kecuali jika dipergunakan sebagai pelindung bahaya kimia atau bahaya lainnya. Isolasi perorangan cenderung mengatur sendiri, orang menambah atau membuang lapisan pakaian sesuai dengan perasaan kenyamanannya. Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal kerja atau istirahat, lebih baik dengan masa istirahat yang diambil dalamlingkungan yang kurang ekstrem (Harrington, 2005).
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-30oC dengan kelembaban sekitar 85-95%. Aklimitasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas.

b.    Iklim Kerja Dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnay koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sanagt rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan Chilblains, trench foot, dan frosbite. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang “fit” dan penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatn perlu juga dilakukan secara periodic (Budiono, 2008).
Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingindiantaranya di pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang computer danlain-lain.Masalah kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu :
1)   Chilblains
Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah,panas dan sakit diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerjaditempat dingin dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi.
2)   Trench foot
Kerusakan anggota badan terutama kaki akibatkelembaban atau dingin walau suhu diatas titik beku. Stadium inidiikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dansakit. Penyakit ini berakibat cacat semetara.
3)   Frosbite :
Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi samaseperti trenchfoot namun stadium akhir penyakit Frosbite adalah gangrene dan bisa berakibat cacat tetap.

3.      Penilaian Tekanan Panas
Tekanan panas dapat  disebabkan oleh berbagai faktor yang selanjutnya dapat digolongkan dalam :
a.       Climatic faktor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerak udara.
b.      Non climatic faktor: panas, metabolisme, pakaian kerja dantingkat aklimatisasi (Subaris, 2007).
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli memciptakan suatu indeks menerut fungsinya, sebagai berikut :
a.       Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara.
b.      Cara ini mempunyai kelembaban yaitu tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metebolisme tubuh sendiri.
c.       Indeks suhu basah dan bola (Wet Bulp-Globe Temperature Index) dengan rumus untuk pekerjaan yang mengalami kontak dengan sianar matahari: ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering).
d.      Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak kontak dengan sinar matahari digunakan rumusan sebagai berikut : ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)
e.       Indeks kecepatan pengeluaran keringat selama 4 jam, sebagai akibat dari kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radiasi. Dapat juga dikoreksi denganpakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.
f.       Inderks Balding-Hatch yaitu pengukuran tekanan panas dengan menghubungkan kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu orang yang masih muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond, kondisi sehat, kesegaran jasmani baik serta beraklimatisasi terhadap panas. Metode ini mendasarkan indeknya atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat. Untuk menentukan indeks tersebut diperlukan pengukuran suhu kering dan basah, suhu globethermometer, kecepatan aliran udara dan produksi panasakibat kegiatan kerja (Ramdan, 2007).

4.      Pengukuran Iklim Kerja
Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur suhu basah, temometer kata untuk mengukur kecepatan udara dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itupengukuran iklim kerja dapat menggunakan “Questemp” yaitu suatu alat digital untuk mengukur tekanan panas dengan parameter Indek Suhu. Bola Basah (ISBB). Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi.
Pengukuran tekanan panas di lingkungankerja dilakukan dengan meletakkan alat pada ketinggian 1,2 m (3,3kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6 m (2 kaki) bila tenaga kerja duduk dalam melakukan pekerjaan. Pada saat pengukuran reservoir (tandaon) termometer suhu basah diisi dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10 menit (Tim Hiperkes, 2006).

Tabel ISBB dan Jadwal kerja istirahat.

Waktu kerja
Waktu istirahat
Ringan
Berat
Bekerja terus menerus
Bekerja terus-menerus (8jam/hari)
-
30,0
26,7
25
75% pekerja
25% istirahat
30,6
28
25,9
50% pekerja
50% istirahat
31,4
29,4
27,9
25% pekerja
75% istirahat
32,2
31,1
30,0

Catatan :
a.       Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100-200 kilo kalori /jam.
b.      Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 kilo kalori/ jam.
c.       Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 kilo kalori /jam (Harington, 2005).
Misalnya : pada WBGT suhu 30oC, seseorang dapat melakukan pekerjaan ringan terus menerus, tetapi bila sudah menyangkut pekerjaan berat, dia hanya dapat bekerja selama 25% saja dari setiap jam kerjanya. (Harington, 2005).

5.      Identifikasi Potensi Bahaya
Paparan yang diterima seorang tenaga kerja diyang telah diobservasi pada kunjungan lapangan AAC Indonesia dan PT Sinar Sosro, berupa faktor fisik, kimia, biologi dan psikologi. Observasi kali ini mengamati faktorfisik sebagai salah satu potensi bahaya. Faktor fisik diantaranya adalah panas atau iklim kerja.Potensi bahaya yang berhubungan dengan iklim kerja adalah panas membantu dalam pengaturan ventilasi. Atap ruangan yang terbuat dari seng danpanas yang dihasilkan dari mesin juga menambah iklim panas dalam ruangan.
Selain itu, terdapat pula kipas angin yang diletakkan di dekat tenaga kerjayang terpapar langsung oleh panas, namun jumlahnya hanya sedikit dandiletakkan sedikit jauh dari tenaga kerja. Hal ini kurang efektif untuk mengurangi panas ruangan. Pihak perusahaan juga telah memasang general exhauster  di divisicor yang dimaksudkan untuk mengalirkan udara panas dari hasil peleburan danpengecoran, namun hal ini dirasakan kurang efektif karena proses peleburan danpengecoran menghasilkan suhu yang terlalu tinggi sehingga ruangan masih terasapanas.

6.      Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif berupa aklimatisasi tidak dilakukan pada ruangan kerja yang memiliki ISBB melebihi NAB. Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dari perusahaan tentang aklimatisasi.Air minum telah disediakan oleh pihak perusahaan di divisi tempa untuk memudahkan para pekerja mengambil air minum dan mencegah dehidrasi selama mereka bekerja. Namun letak yang jauh, jumlah yang masih kurang, dan tidak adanya waktu untuk mengambil air minum menyebabkan keengganan para tenagakerja untuk minum ketika mereka mengerjakan pekerjaannya. Pada divisi cortidak disediakan air minum, sehingga tenaga kerja yang ingin minum harus keluarruangan kerja terlebih dahulu.
Pada perusahaan ini juga terdapat pengaturan waktu kerja dan istirahat.Khusus untuk divisi cor pada bagian peleburan dan pengecoran, para tenaga kerjahanya diperbolehkan 30 menit terapapar sumber panas, setelah 30 menit tenagakerja boleh keluar atau beristirahat, namun waktunya tidak ditentukan

7.      Pengendalian Administratif
Dapat dijelaskan bahwa pengendalian administratif berupa aklimatisasi tidak dilakukan pada ruangan kerja yang memiliki ISBB melebihi NAB. Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dari perusahaantentang aklimatisasi.Air minum telah disediakan oleh pihak perusahaan di divisi tempa untuk memudahkan para pekerja mengambil air minum dan mencegah dehidrasi selamamereka bekerja. Namun letak yang jauh, jumlah yang masih kurang, dan tidak adanya waktu untuk mengambil air minum menyebabkan keengganan para tenagakerja untuk minum ketika mereka mengerjakan pekerjaannya.
Pada perusahaan ini juga terdapat pengaturan waktu kerja dan istirahat.Khusus untuk divisi cor pada bagian peleburan dan pengecoran, para tenaga kerjahanya diperbolehkan 30 menit terapapar sumber panas, setelah 30 menit tenaga kerja boleh keluar atau beristirahat, namun waktunya tidak ditentukan.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Gambaran iklim kerja di lingkungan industri pada PT Sinar Sosro dan Coca Cola Amatil Indonesia  melebihi NAB,sedangkan pada divisi cor bagian peleburan ISBB melebihi batas NAB denganpengukuran ISBB selaman sepuluh menit sebanyak satu kali pengukuran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, permasalahan iklim kerja yangterdapat pada PT Sinar Sosro dan Coca Cola Amatil Indonesia  adalah ruam panas dan kelelahan karenapanas.
Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi masalah iklim kerja diPT. Sinar Sosro dan Coca Cola Amatil Indonesia  adalah dengan pengendalian teknis, dan APD, namun pada pelaksanaannya belum tercapai seluruhnya.

B.     Saran
Pelaksanaan pengendalian secara paripurna untuk mencegah masalah kesehatanyang terjadi pada para pekerja yang bekerja di lingkungan iklim panas karenatidak optimalnya hal-hal sebagai berikut :
1.      Isolasi sumber panas
2.      Local exhaust
3.      Optimalisasi aklimatisasi
4.      Pengaturan waktu kerja dan istirahat setiap jam
5.      Penggunaan APD berupa pakaian khusus,sarung tangan, dan sepatu baja.

Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus untuk masalah iklim kerja yangterdapat pada PT Sinar Sosro dan Coca Cola Amatil Indonesia.






DAFTAR PUSTAKA

Budiono Sugeng, Jusuf, Pusparini Adriana. 2003. Bunga Rampai Hiperkesdan KK. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Semarang.3.
Haryuti, Siswanto,A., Setijoso,W.(1987), Tekanan Panas. Surabaya :Balai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Jawa Timur.
Profil Perusahaan PT. PINDAD (Persero): 2011
Suma’mur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko Gunung Agung.2.

1 komentar: