BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Penyakit scabies merupakan salah satu
penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabei. Saat menginfeksi
manusia, kutu ini hidup dibawah kulit dan memakan darah korbannya. Mereka
bertahan hidup memanfaatkan kehangatan kulit manusia, sehingga bila kutu ini
terlepas ke udara luar maka mereka hanya mampu bertahan hidup tidak lebih dari
48 jam.
Gejala yang timbul karena scabies
antara lain rasa gatal pada kulit terutama pada malam hari. Pada kulit yang
terdapat kutu akan tampak bentol kecil kemerahan sedangkan area bekas kutu
berjalan akan tampak kemerahan berkelok-kelok seperti pembuluh darah. Bagian
tubuh yang terkena antara lain pergelangan tangan, sela-sela jari, siku, ketiak
dll.
Skabies menular dari manusia ke manusia
melalui kontak fisik (kulit) antara penderita skabies dengan orang yang sehat.
Penularan terjadi khususnya bila kontak terjadi dalam waktu yang cukup
lama/beberapa menit. Skabies juga bisa ditularkan melalui pakaian atau sprei
yang dipakai bergantian dengan penderita skabies.
Pengobatan skabies yang terutama adalah
menjaga kebersihan untuk membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti
pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak
boleh dipakai bersama, dll)
Untuk itu kita harus selalu waspada
dengan penyakit ini karena penularannya sangat cepat. apabila ada salah seorang
anggota keluarga yang terkena penyakit ini, maka harus segera dihindarkan dari
anggota keluarga lain yang masih dalam keadaan sehat.
B. INSIDEN
1. Ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemi scabies.
2. Terdapat beberapa factor penunjang
perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan),
kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi.
BAB
II
KONSEP
MEDIS
1. PENGERTIAN
1)
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi
dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis
dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
2)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei
(Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses
tanggal 30 September 2008).
3)
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang
kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang
disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei
(Buchart, 1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30
September 2008).
2.
ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh
kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei merupakan
tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata
berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di
dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur
tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang
digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu,
penderita mengalami rasa gatal.
3.
PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak
hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat
garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
4.
MANIFESTASI KLINIK
Diagnosis dibuat dengan
menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1)
Pruritus
noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
2)
Umumnya
ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh anggota keluarga.
3)
Adanya terowongan
(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi
pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum
komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea,
umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit.
Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4) Menemukan tungau merupakan hal yang
paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
a) Rasa gatal terutama pada
malam hari.
b) Tonjolan kulit (lesi)
berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
c) Kadang disertai nanah
karena infeksi kuman akibat garukan.
Klasifikasi scabies antara
lain :
1)
Scabies pada orang
bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
2)
Scabies nodular,
yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat
didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki. Nodus ini timbul sebagai
reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
3)
Scabies yang
ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini
berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah
dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya
bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya
pada manusia.
4)
Scabies pada bayi dan
anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan.
5)
Scabies terbaring ditempat
tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang penderita penyakit kronis dan pada
orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus.
Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
6)
Scabies
Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak
tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu
menonjol tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat
banyak (ribuan).
5.
PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal
adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan
toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1)
Belerang endap
(sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang
dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak
efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan
iritasi.
2)
Emulsi benzyl-benzoat
20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali.
Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal
setelah dipakai.
3)
Gama benzena heksa
klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losion, termasuk obat pilihan arena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena
toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika
masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4)
Krokamiton 10%
dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60%
pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
5)
Krim permetrin 5%
merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk
parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6) Pemberian antibitika dapat digunakan
jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela
jari, alat kelamin) akibat garukan.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata (identitas pasien dan
penanggung jawab).
b. Riwayat kesehatan.
c. Pola fungsi kesehatan.
d. Pemeriksaan fisik.
e. Analisa data
2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologi.
Tujuan
: Nyeri yang dirasakan klien dapat segera teratasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik
dan catat lokasinya.
2. Berikan perawatan kulit sesering
mungkin.
3. kolaborasi dengan dokter pemberi
analgesic.
|
1. Mengetahui dimana letak nyeri yang dirasakan
klien dan seberapa besar tingkat nyeri yang dirasakannya.
2. Agar tidak terjadi lesi atau luka
pada daerah kulit yang di serang oleh kuman.
3. Membantu mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien.
|
2) Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri dan gatal yang dirasakan.
Tujuan
: istirahat tidur terpenuhi karena berkurangnya nyeri dan rasa gatal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji tidur klien.
2. Klien tidak sering terbangun pada
malam hari.
3. Ciptakan suasana yang membuat klien
merasa nyaman misal tempat tidur yang bersih dan rapi.
|
1. Mengetahui apakah kebutuhan tidur
klien terpenuhi.
2. Untuk memenuhi kebutuhan istirahat
tidurnya.
3. Agar klien bisa istirahat dengan
tenang.
|
3) Dx 3 : Gangguan rasa aman = cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan
: cemas berkurang karena meningkatnya pengetahuan tentang penyakit.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji rasa cemas pasien.
2. Berikan kesempatan kepada pasien
untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Berikan penjelasan kepada pasien
mengenai :
a) Kondisi penyakitnya
b) Program perawatan dan pengobatan yang
akan dilakukan
c) Hubungan istirahat dengan kondisi
penyakitnya.
|
1. Pasien tenang.
2. Pasien kooperatif dengan program
perawatan dan pengobatan.
3. Pengetahuan pasien meningkat tentang
penyakit, tanda-tanda, kondisi yang dialami, serta kemungkinan yang akan
terjadi.
|
4) Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan dalam penampilan sekunder.
Tujuan
: konsep diri dipertahankan dan ditingkatkan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji
makna kehilangan pada pasien/orang terdekat.
2.
Terima
dan akui ekspresi frustasi ketergantungan, marah, perhatikan perilaku menarik
diri dan penggunaan penyangkalan.
3.
Bersikap
realistis dan positif selama pengobatan pada penyuluhan kesehatan dan
menyusun tujuan dalam keterbatasan.
4.
Berikan
penguatan positif terhadap kemajuan dan dorongan usaha untuk mengikuti tujuan
rehabilitas.
5.
Dorong
interaksi keluarga.
|
1. Episode traumatic mengaki- batkan perubahan
tiba-tiba, tidak diantipasi membuat perasaan kehilangan sehingga ia
memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal.
2. Penerimaan perasaan sebagai respon
normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan,namun ini akan gagal
apabila pasien belum siap menerima situasi tersebut.
3. Meningkatkan dan menjalin rasa saling
percaya antara pasien dengan perawat.
4. Kata-kata penguatan dapat mendukung.
5. Mempertahankan atau mem- buka garis
komunikasi dan memberikan dukungan sercara terus menerus pada pasien dan
keluarga.
|
5) Dx 5 : Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan edema.
Tujuan
: Integritas kulit membaik dan dapat dipertahankan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Siapkan
jadwal pemberian obat.
2.
Bantu
klien untuk pemberian obat topical untuk daerah yang sulit dijangkau.
3.
Ajarkan
teknik-teknik mencegah infeksi yaitu tidak menggaruk lesi dan menjaga
kebersihan kulit.
4.
Berikan
pakaian yang longgar dan mampu menyerap keringat.
5.
Kolaborasi
pemberian obat sesuai program pengobatan.
|
1.
Agar
dapat meningkatkan efektivitas obat dengan pemberian secara tepat dan
teratur.
2.
Agar
tidak terjadi kerusakan kulit dengan pemberian obat topical secara menyeluruh
pada daerah yang susah di jangkau klien.
3.
Agar
tidak terjadi infeksi yang disebabkan oleh kerusakan integritas kulit.
4.
Agar
tidak menekan dan memberikan rasa nyaman.
5.
Membantu
mencegah terjadinya infeksi.
|
EVALUASI
1. Rasa nyeri dapat segera teratasi.
2. Rasa gatal berkurang sehingga istirahat
tidur dapat terpenuhi.
3. Pengetahuan tentang penyakit meningkat
sehingga cemas berkurang.
4. Konsep diri terjaga dan ditingkatkan.
5. Integritas kulit dapat dipertahankan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
pada hasil pengkajian diatas maka kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu :
a. Dalam melaksanakan perawatan pada
penderita scabies kita dapat mendokumentasikan setiap klien yang akan diberikan
pengobatan.
b. Setiap perawat perlu memperhatikan
keadaan klien setiap saat.
c. Beberapa masalah dapat didefinisikan
pada klien sehubungan dengan penyakitnya.
B. SARAN
1. Untuk instansi
Untuk
pencapaian kualitas keperawatan secara optimal sebaiknya proses keperawatan
selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Untuk klien dan keluarga
Perawatan
tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab bagaimanapun teraturnya
pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang
diharapkan tidak akan tercapai. oleh sebab itu perlu adanya penjelasan baik
pada klien maupun keluarganya mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arief, M, Suproharta,
Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta
: Media Aesculapius FKUI.
·
Santosa, Budi.
2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
·
Anonim. 2007. Skabies
(kulit gatal bikn sebel). http://www.cakmoki86.wordpress.com
·
Anonim. 2008. Skabies.
http://www.medlinuk.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar